Jakarta (ANTARA) – Penjualan kuartalan BYD Group secara global untuk pertama kalinya tercata mengalami penurunan sejak 2020, mengacu pada hasil penjualan global di Q3 (kuartal-III) 2025 dengan total penurunan 2,1 persen dibandingkan tahun lalu dengan unit yang terjual sebanyak 1.105.591 kendaraan.
Secara lebih rinci penjualan BYD Group dikabarkan mengalami penurunan pada September 2025 dengan penurunan sebesar 5.9 persen dibandingkan tahun lalu dengan jumlah pengiriman sebanyak 393.060 unit.
Laporan Carnews China, Rabu (1/10), menyebutkan pendorong utama di balik penurunan penjualan itu adalah turunnya penjualan merek utama BYD yang pada September turun 11.4 persen dibandingkan Agustus 2025 menurut China EV DataTracker.
Pada pasar domestik tempat asal BYD yakni di China, jenama ini sedang berjuang keras karena adanya perang harga yang kini telah mencapai titik terendah. Sebagian besar produsen mobil tidak dapat menurunkan harga lebih rendah lagi.
Penjualan mobil merek BYD telah menurun dengan rata-rata persentase 20 persen selama tiga bulan terakhir di China.
Faktor krusial lainnya adalah penurunan penjualan PHEV (kendaraan hibrida plug-in) BYD.
Pada September 2025, penjualan PHEV turun 25,6 persen menjadi 188.010 unit. Penjualan PHEV ini telah menurun selama enam bulan berturut-turut sejak April 2025.
Baca juga: BYD perkenalkan mobil tercepat di dunia Yangwang U9 Xtreme
Meski begitu, BYD masih terbilang terhindar dari kejatuhan penjualan yang signifikan berkat tiga faktor yaitu adanya tiga submerek baru, penjualan BEV (kendaraan listrik bertenaga baterai), dan penjualan luar negeri.
Dibandingkan secara tahun ke tahun, tiga submerek baru yaitu Fang Cheng Bao yang berfokus pada SUV tangguh tumbuh 345 persen menjadi 24.121 unit, sementara merek premium Denza tumbuh 20,5 persen menjadi 12.407 unit, dan merek supercar Yangwang tumbuh 145 persen menjadi 758 unit pada bulan September 2025.
Sementara untuk penjualan BEV-nya, diketahui BYD mengalami pertumbuhan sebesar 24,3 persen menjadi 205.050 kendaraan dari tahun-ke-tahun.
Terakhir pada faktor penjualan luar negeri, tercatat BYD juga menjual 71.256 kendaraan di luar China pada September 2025, naik 115,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Awal pekan ini, BYD menyelesaikan armada ekspornya yang besar, yang terdiri dari delapan truk pengangkut mobil besar dengan kapasitas angkut tahunan kumulatif satu juta kendaraan. Truk pengangkut terakhir, yang mulai beroperasi awal pekan ini, bernama BYD Jinan.
Khusus untuk mobil, perusahaan yang berbasis di Shenzhen ini mengekspor 232.806 unit pada kuartal ketiga, meningkat 146,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan penjualan yang dialami BYD Group tersebut bisa dibilang berbanding terbalik dengan kondisi perusahaan-perusahaan rintisan kendaraan listrik yang saat ini sedang mencapai rekor penjualan tertingginya.
Misalnya, Leapmotor berhasil melampaui 60.000 penjualan bulanan untuk pertama kalinya, dua kali lipat dari tahun lalu. Sementara itu, Nio, Xiaomi, dan Xpeng mencapai rekor penjualan tertinggi sepanjang masa di September 2025.
Baca juga: BYD resmi luncurkan Yangwang U8 seharga Rp2,9 miliar
Baca juga: Cara aman atasi “charger gun” tersangkut di mobil listrik NETA V-II
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025