China (ANTARA) – Sebuah pengadilan di Haikou, provinsi pulau Hainan di China, memerintahkan perusahaan terkait Xiaomi untuk mengembalikan deposit dua kali lipat, total 10.000 yuan (Rp23,5 juta) kepada seorang konsumen.
Laman Carnewschina, Selasa (25/11), melaporkan, putusan ini diyakini sebagai yang pertama di China terkait kewajiban pembayaran penuh sebelum penyerahan kendaraan oleh Xiaomi Auto.
Keputusan Pengadilan Rakyat Distrik Meilan Haikou ini menyoroti kekhawatiran soal klausul dalam perjanjian pembelian mobil yang dinilai “tidak adil dan tidak wajar”.
Putusan tersebut, yang baru diterima tim hukum penggugat setelah sidang awal November, mewajibkan Haikou Xiaomi Jingming Technology Co., Ltd. dan Xiaomi Jingming Technology Co., Ltd. untuk bersama-sama mengembalikan dana kepada Nyonya Li (nama samaran) dalam waktu 10 hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap.
Baca juga: Xiaomi kalah banding dalam perkara iklan mobil listrik SU7 Ultra
Liu Wei, pengacara dari Beijing Strategy (Haikou) Law Firm yang mewakili Nyonya Li, mengonfirmasi putusan itu, dan menambahkan bahwa belum jelas apakah Xiaomi akan mengajukan banding. Xiaomi juga belum memberikan tanggapan resmi.
Sengketa bermula ketika Nyonya Li membayar deposit 5.000 yuan (Rp11,7 juta) untuk mobil Aurora Purple SU7 Max seharga 318.900 yuan (Rp750 juta) melalui aplikasi Xiaomi Auto pada 19 Juli 2024, setelah melakukan uji coba.
Pada 16 Oktober, staf Haikou Xiaomi Jingming Technology Co., Ltd. memberi tahu bahwa mobil tersebut diperkirakan tiba di diler pada 24 Oktober. Namun, karena keterbatasan dana, Nyonya Li meminta penundaan pengambilan.
Pada 22 Oktober, staf Xiaomi mengatakan bahwa penundaan pengambilan akan membuat jadwal produksi perlu diatur ulang. Nyonya Li setuju, dan ia diberi tahu bahwa pesanannya tetap berlaku selama 360 hari sejak tanggal pembayaran deposit, dan ia bisa meminta produksi kapan saja dalam periode itu.
Baca juga: Xiaomi rayakan produksi mobilnya ke-500 ribu
Yang penting, ia juga diberi tahu bahwa jika melewati masa berlaku 360 hari, itu dianggap pelanggaran kontrak sepihak yang menyebabkan kontrak dibatalkan otomatis dan deposit hangus.
Meskipun sudah ada kesepakatan untuk menunda produksi, pada 4 Desember 2024 staf Xiaomi menuntut Nyonya Li membayar sisa 313.900 yuan (Rp738,3 juta) dalam waktu tujuh hari kalender, dengan ancaman pembatalan pesanan dan deposit hangus jika tidak dipenuhi.
Nyonya Li menolak, tetapi pada 10 Desember staf kembali menegaskan bahwa permintaan pembayaran akhir tidak terpengaruh oleh penundaan produksi, mengacu pada klausul dalam perjanjian pembelian.
Pada 16 Desember, Xiaomi menyatakan Nyonya Li melanggar kontrak karena tidak membayar, lalu membatalkan pesanan dan menahan deposit. Pada 21 Februari 2025, Nyonya Li diberi tahu bahwa mobilnya sebenarnya telah diproduksi pada Oktober 2024, tetapi pesanan dibatalkan karena ia tidak melakukan pembayaran akhir.
Upaya Nyonya Li untuk mengembalikan deposit melalui berbagai saluran, termasuk hotline konsumen dan biro pengawasan pasar, tidak berhasil, sehingga ia menempuh jalur hukum.
Baca juga: Presiden Xiaomi uji SU7 Ultra di Jerman, siap bidik pasar EV Eropa
Salah satu poin penting dalam pertimbangan pengadilan adalah pernyataan resmi yang dipublikasikan Xiaomi Auto pada 1 Mei 2024 dalam “Q&A Episode 34” yang secara tegas menyatakan: “Xiaomi mendukung pembayaran sisa biaya setelah inspeksi kendaraan”.
Pengadilan menilai pernyataan resmi tersebut sebagai dasar penting bagi konsumen untuk mempercayai kontrak pembelian.
Pengadilan Rakyat Distrik Meilan Haikou memutuskan bahwa perjanjian pembelian antara Nyonya Li dan Xiaomi Haikou merupakan kontrak jual beli yang sah.
Namun, tuntutan Xiaomi Haikou agar konsumen membayar penuh dalam tujuh hari sebelum inspeksi dan penyerahan kendaraan, dengan ancaman pembatalan pesanan dan deposit hangus, dinilai sebagai klausul baku yang “tidak adil dan tidak wajar”.
Klausul itu, menurut pengadilan, secara signifikan meningkatkan beban pembayaran konsumen dan membatasi hak mendasar untuk memeriksa kualitas kendaraan.
Pengadilan juga menyimpulkan bahwa tuntutan pembayaran segera dari Xiaomi Haikou, meskipun sebelumnya telah menyetujui permintaan penundaan produksi dari Nyonya Li dan tanpa adanya pemberitahuan dari pihak konsumen untuk melanjutkan produksi, bertentangan dengan komitmen publik Xiaomi Auto dan melanggar prinsip itikad baik.
Baca juga: Ekspansi ke Jepang, Xiaomi gelar debut peluncuran SU7 Ultra
Pengadilan menilai bahwa permintaan penundaan produksi dari Nyonya Li seharusnya tidak memengaruhi jadwal produksi Xiaomi. Dengan tetap memproduksi kendaraan dan menuntut pembayaran penuh dalam kondisi tersebut, Xiaomi Haikou dianggap melanggar kesepakatan tambahan yang dibuat dengan Nyonya Li.
Karena itu, pengadilan menyatakan klausul terkait dalam “Perjanjian Pembelian Mobil Xiaomi Auto” tidak berlaku dan memerintahkan pengembalian deposit dua kali lipat.
Penurunan harga pasar mobil bekas membuat banyak pelanggan yang sudah memesan mobil Xiaomi memilih untuk mengorbankan deposit mereka dan membeli mobil bekas yang lebih murah.
Kondisi ini memberi tekanan pada Xiaomi, sehingga perusahaan mempertimbangkan untuk meminta sebagian pelanggan membayar sisa biaya lebih awal guna mengurangi potensi kerugian akibat pembatalan pesanan.
Masalah ini muncul karena deposit pemesanan Xiaomi relatif rendah: 5.000 yuan (Rp11,7 juta) untuk SU7 dan 20.000 yuan (Rp47 juta) untuk SU7 Ultra.
Deposit yang kecil ini awalnya memicu jumlah pesanan yang sangat besar, menciptakan kesan permintaan tinggi dan waktu tunggu panjang. Namun, penurunan harga mobil bekas kemudian menimbulkan risiko pembatalan pesanan secara luas.
Baca juga: Aito M8 Huawei ungguli Xiaomi SU7 jadi mobil teraman di China
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025











